Platyhelminthes
Platyhelminthes adalah filum dalam
Kerajaan Animalia (hewan).
Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu
merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.[1]
Ciri-ciri
Struktur dan
fungsi tubuh
Platyhelminthes
merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari
ektoderma, endoderma, dan mesoderma. [3] Namun,
mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap
seragam dan tidak membentuk sel khusus.[3]
Sistem
pencernaan
Sistem
pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi
oleh usus.[3] Sistem
pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan
dilanjutkan ke kerongkongan.[3]. Di
belakang kerongkongan ini terdapat usus yang
memiliki cabang ke seluruh tubuh.[3] Dengan
demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh
tubuh.[3]
Selain itu,
cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak
memiliki anus.[3] Cacing
pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem
gastrovaskuler.[3] Sementara
itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui
proses difusi.[3]
Sistem
syaraf
- Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. [3]Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang
disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah
sepasang. [3] Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali
saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan
dengan serabut saraf melintang. [3]
- Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya,
sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang
dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke
otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel
asosiasi (perantara).[3]
Indera
Beberapa
jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka
terhadap cahaya. [3] Bintik mata
tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). [3] Seluruh
cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya.[4] Beberapa
spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista
(pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). [3] Umumnya,
cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. [5] Sistem ini
terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api.[4] Lubang
pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang
berjumlah sepasang atau lebih. [5] Sedangkan,
sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel. [5]
Reproduksi
Cacing pipih
dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan
perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit[6].
Klasifikasi
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria
(cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda
(cacing pita)[7].
- Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih
yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
[7]
- Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang
dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan
ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. [7] Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola
(cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma[7]
- Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi
kitin
sehingga tidak tercemar oleh enzim di
usus inang. [7] Cacing ini merupakan parasit pada hewan,
contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata[7] Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel
pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang
telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang
disebut onkosfer[7]
Siklus Hidup
Platyhelminthes
Fasciola hepatica
Telur
(bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea
auricularis atau lymnea javanica) -> sporosista -> redia -> serkaria
-> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air ->
membentuk kista (metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica)
-> usus -> hati -> sampai dewasa
Chlornosis
sinensis
Telur
(bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista ->
menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput
-> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria)
-> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
Schistosoma
javanicum
Telur
(bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista ->
menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput
-> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena
Taenia
saginata / Taenia Solium
Proglotid
(bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur
menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) ->
manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding
usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces [8](Inggris)[3]
Penyakit
yang disebabkan Platyhelminthes
Beberapa spesies Platyhelminthes
dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. [8] Salah satu
diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air
tawar pada manusia.[8] Apabila
cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan
dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. [8](Inggris)[3] Kerusakan
tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di
Indonesia.[3] [8]. Contoh
lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati
pada manusia dan hewan mamalia lainnya[9]. Spesies
ini dapat menghisap darah manusia[9]. Pada
hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella
didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara
menghisap cairan tubuh udang tersebut[10].
Disebut Þ Cacing Pipih
(Flat Worm) dengan ciri antara lain:
• Tubuh simetri bilateral
• Belum memiliki sistem peredaran darah
• Belum memiliki anus
• Belum memiliki rongga badan Þ termasuk
kelompok Triploblastik Aselomata
• Memiliki basil isap (sucker)
Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dan
saraf-saraf tepi Þ Saraf Tangga Tali. Beberapa ada yang mempunyai alat keseimbangan Statotista.
|
Gbr. Tiga Kelas Utama Platyhelminthes
|
TERDIRI DARI TIGA KELAS :
1
|
TURBELARIA (Cacing Berambut Getar)
Satu-satunya kelas yang hidup bebas (non-parasit), contohnya adalah Planaria
yang mempunyai sistem ekskresi dari sel-sel api (Flame Cell). Bersifat
Hermafradit dan berdaya regenerasi cepat.
|
2
|
TREMATODA (Cacing Isap)
Jenis-jenis kelas ini adalah :
- Fasciola
hepatica (cacing hati ternak), bersifat
hetmafrodit.
Siklus hidupnya adalah : Telur Þ Larva
Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea Þ Sporokista
Þ berkembang
menjadi Larva (II) : Redia Þ Larva
(III) : Serkaria yang berekor, kemudian
keluar dari tubuh keong Þ Kista yang menempel pada tetumbuhan air
(terutama selada air Þ Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak
(dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air) Þ masuk
ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.
- Clonorchis
sinensis / Opistorchis sinensis (cacing
hati manusia)
Siklus hidupnya adalah: Telur Þ Larva
Mirasidium Þ Sporokista Þ Larva (II) : Redia Þ Larva
(III) : Serkaria Þ Larva(IV) : Metaserkaria,
masuk ke dalam tubuh Ikan kemudian termakan oleh Orang Cacing
dewasa, menyebabkan Clonorchiasis.
- Schistosoma
Contohnya adalah Schistosoma japonicum, Schistosoma
haematobium dan Schistosoma mansoni. hidup
dipembuluh darah dan merupakan parasit darah. Memiliki hospes
perantara Siput. Menyebabkan Schistosomiasis.
- Paragonimus
westermani (cacing paru)
Cacing yang menjadi parasit dalam paru-paru manusia. Sebagai hospes
perantara ialah ketam (Eriocheirsinensis) dan tetumbuhan
air. Menyebabkan Paragonimiasis.
- Fasciolopsis
buski
Cacing yang menjadi parasit dalam tubuh manusia. Hidup di dalam usus
halus. Hospes perantaranya adalah tetumbuhan air. Menyebabkan Fasciolopsiasis.
|
CESTODA (Cacing Pita)
Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid.
Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki
kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen
(segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
Contoh :
Taenia solium Þ Cacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait. Proglotid
yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Þ Babi.
Siklus hidup :
Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Þ Embrio Heksakan, menembus
usus dan melepaskan kait-kaitnya Þ Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi)
tertelan manusia Þ Cacing dewasa.
Taenia saginata Þ Cacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat
kait-kait. Memiliki hospes perantara Þ Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia
solium.
Diphyllobothrium latum,
Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan
hospes perantara berupa katak sawah
(Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.
Echinococcus granulosus
Cacing pita pada anjing.
Himenolepis nana
Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes
perantara.
Nemathelminthes
Nemathelminthes atau Aschelminthes adalah filum yang pernah
dipakai pada Kerajaan Hewan (Animalia).
Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena polifiletik[1]. Meskipun
demikian, pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk kemudahan.
Anggota-anggotanya
mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing gilig: hewan
dengan tubuh berbentuk silinder memanjang, bahkan sangat panjang sehingga muncullah
nama 'Nemathelminthes', yang berarti "cacing berkas" (dari bahasa Yunani).[2] Tubuhnya
tidak beruas-ruas.[2]
Pembagian
Dari semua
kelompok hewan yang digolongkan sebagai Nemathelminthes terdapat delapan sampai
sepuluh filum yang dikenal pada masa kini, yaitu:
Ciri Tubuh
Nemathelminthes
memiliki tubuh berbentuk bulat panjang seperti benang dengan
ujung-ujung yang meruncing. Cacing ini memiliki rongga tubuh semu, sehingga
disebut sebagai hewan pseudoselomata[2].
Nemathelminthes
umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada pula yang mencapai panjang 1 meter.
Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan[2].
Permukaan
tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk
melindungi diri dari enzim pencernaan yang berasal dari inangnya. Kutikula ini
akan semakin menguat apabila cacing ini hidup parasit pada usus inang
daripada hidup bebas[2].
Sistem
pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut
terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki
pembuluh darah dan sistem respirasi. Cairan pseudoselom yang akan mengalirkan
makanan ke seluruh tubuh dan pernapasan akan berlangsung secara difusi melalui
permukaan tubuh[2].
Cara Hidup
dan Habitat
Nemathelminthes
ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada manusia. Nemathelminthes yang
hidup bebas terdapat di tanah becek dan di dasar perairan, berperan untuk
menguraikan sampah
organik, sedangkan
yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan memperoleh makanan dengan
menyerap nutrisi dan darah dari
inangnya. Hampr seluruh hewan dapat menjadi inang bagi Nemathelminthes[2].
Reproduksi
Nemathelminthes
umumnya bereproduksi secara seksual karena
sistem reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya terpisah
pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal. Hasil fertilisasi dapat
mencapai lebih dari 100.000 telur per hari. Saat berada di lingkungan yang
tidak menguntungkan, maka telur dapat membentuk kista untuk
perlindungan dirinya[2].
Klasifikasi
penyakit kaki gajah yang disebabkan
oleh Wuchereria bancrofti
Terdapat
sekitar 80 ribu spesies Nemthelminthes yang telah diidentifikasi, dan yang
belum teridentifikasi juga sangat banyak. Nemathelminthes dibagi menjadi dua
kelas yaitu nematoda, dan nematophora[2]. Beberapa
nematoda yang menjadi parasit pada manusia adalah[2]:
·
Contoh :
Ascaris lumbricoides Þ cacing perut manusia
Cacing betina ukurannya lebih besar daripada cacing jantan dan dinding
posterior cacing jantan terdapat kait yang digunakan untuk reproduksi seksual.
Tubuhnya licin karena terselubungi lapisan kutikula yang terbuat dari protein.
·
Siklus hidup :
Telur Masak (tidak sengaja) tertelan manusia Þ menetas menjadi Larva di
saluran pencernaan Þ menembus usus Þ peredaran darah Þ Jantung Þ Paru-Paru Þ Trakea (tenggorokan) Þ tertelan untuk kedua kalinya dengan gejala
batuk-batuk Þ Usus Þ Cacing dewasa
Sering didapati komensalisme di dalam tubuh, namun pada anak-anak
< 10 th Þ Ascariasis
Ascaris megalocephala
Persis sepeti Ascaris lumbricoides namun hospes tetapnya adalah
hewan kuda Þ di dalam ususnya.
Ascaris suilae l Ascaris suum
Persis seperti Ascaris lumbricoides namun hospes tetapnya adalah
hewan babi Þ di dalam ususnya
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus Þ cacing tambang
Hidup di dalam Duodenum manusia menyebabkan Ancylostomiasis
Siklus hidup :
Telur (keluar bersama feses) Þ menetas menjadi Larva Rhabditiform Þ Larva Filariform aktif akan
menembus kulit Þ aliran darah Þ Jantung Þ Paru-Paru Þ Trakea Þ tertelan masuk Þ ke Duodenum (usus 12 jari) Þ menghisap darah
Oxyuris vermicularis l Enterobius vermicularis Þ cacing kremi
Hidup di usus halus dan menyebakan Oxyuriasis. Penularan Þ udara, tanah dan autoinfeksi.
T iga marga tersebut (Ascaris, Ancylostoma dan Oxyuris) disebut Þ Soil Transmitted Helminths
Wuchereria bancrofti (Filaria bancrofti)
Hidup di dalam kelenjar limfe menyebabkan penyakit kaki gajah Þ Elefantiasis/Filariasis.
Ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex sp.
Loa loa Þ hidup di daiam mata mamalia manusia menyebabkan Loasis
Trichuris trichiura Þ cacing camhuk
Trichinella spirolis Þ cacing otot
Strongyloides stercoralis Þ hidup di usus halus menyebabkan Strongyloidiasis
ANNELIDA
• Simetri bilateral, berbentuk seperti gelang ('anellus' = cincin)
• Memiliki rongga badan Þ Triploblastik Selomata
• Ruas tubuhnya (segmen) disebut Metameri terdiri dari alat ekskresi
(nefridium) lubang reproduksi, otot dan
pembuluh darah
• Sistem pencernaan Þ lengkap/sempuna
• Sistem peredaran darah Þ tertutup
TERBAGI MENJADI 3 KELAS (berdasarkan
keadaan rambut di permukaan tubuh), yaitu :
POLYCHAETA
|
Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut Þ (poly =
banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing
tersebut adalah : Nereis viren, Eunice viridis (cacing wawo)
dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering
dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.
|
OLIGOCHAETA
|
Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta
= rambut/bulu). Contoh cacing tersebut
adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya
disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua
kelenjar, termasuk kelenjar kelamin. Pernafasan dilakukan oleh pemukaan
tubuhnya. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah.
Contoh lain Þ Moniligaster houtenii (endemik di
Sumatera).
|
HIRUDINAE
|
Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi
(anti pembekuan darah) yang dinarnakan
Hirudin.
|
Contoh cacing tersebut adalah:
Hirudo medicinalis (lintah)
Hirudin dari lintah sering digunakan dokter-dokter dahulu untuk mengeluarkan
darah dan nanah dari bisul.
Hirudinaria javanica (lintah kuning)
Haemadipsa zeylanica /pacet)
Annelida
1.CirIUmum
a.Pengertian
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang
berarti bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk
tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Annelida dapat hidup
di berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan. Umumnya hidup
bebas, meskipun ada juga yang bersifat parasit. Cacing ini
Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah.
Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang
berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom
yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat
sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar dan daratan, terbagi menjadi tiga
kelas.
b.StrukturTubuh
Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati
sehingga disebut triploblastik selomata. Annelida memiliki sistem peredaran darah
tertutup, dengan pembuluh darah memanjang sepanjang tubuhnya serta
bercabang-cabang di setiap segmen. Annelida mempunyai bentuk tubuh simetri
bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula. Cacing ini
terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan
sekat (septum). Meskipun demikian, antara ruas satu dan lainnya tetap
berhubungan sehingga terlihat bentuk seperti cincin yang
terkoordinasi. Sistem saraf annelid terdiri dari sebuah otak yang
terhubunga dengan
serabut saraf ventral, dengan sebuah ganglion di setiap segmen. Annelida
memiliki sistem pencernaan yang lengkap termasuk faring, lambung, usus, dan
kelenjar pencernaan.
Pengeluaran dengan nefridia di setiap segmen mengumpulkan zat sampah dari
coelom dan mengekskresikannya keluar tubuh.
2.Klasifikasi
a.Polychaeta
Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae.
Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus
bertindak sebagai alat pernafasan. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada
parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu
mereka bergerak. Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif.
Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan
organ peraba lainnya.
b. Oligochaeta
Oligochaeta contohnya adalah cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit
setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Cacing tanah memiliki
kepala atau parapodia yang kurang berkembang. Pergerakannya dengan gerak
terkoordinasi dari otot-otot tubuh dibantu dengan setae.
Cacing tanah tinggal dalam tanah lembab, karena badan
yang lemnan digunakan untuk pertukaran udara. Cacing tanah adalah pemakan
sampah yang mengekstraks sisa-sisa bahan organic dari tanaha yang dimakan.
Faring berotot menarik makanan ke mulut, makanan yang sudah dicerna disimpan di
tembolok lalu ke rempela.
Sistem pembuangan (ekskresi) berupa tabung nephridia bergelung di setiap
segmen dengan dua lubang; satu corong bersilia yang mengumpulkan cairan coelom,
dan satu lainnya adalah lubang keluar tubuh. Antar dua lubang itu, tabung
nephridia membuang zat sampah dari saluran peredaran darah.
Darah merah bergerak ke arah dengan sebuah pembuluh darah dorsal dan
dipompa oleh lima pasang jantung (lengkung aorta) menuju pembuluh ventral.
Cacing tanah bersifat hermaphrodit, memilliki testis dengan saluran semen, dan
ovarium dengan penerima semen. Perkawinan dilakukan dengan melibatkan dua
cacing yang saling parallel dalam posisi berlawanan dan saling bertukar sperma.
Setiap cacing memiliki klitellum yang mengeluarkan lendir, untuk melindungi
sperma dan telur dari kekeringan.
c. Hirudinea
Kelas Hirudinea contohnya lintah. Kebanyakan tinggal di air tawar, tetapai
ada yang di laut atau daratan. Setiap gelang tubuh memiliki beberapa alur
mendatar. Lintah memunculkan pengisap anterior kecil sekitar mulutnya dan
pengisap posterior yang besar. Meskipun beberapa diantaranya adalah predator
yang hidup bebas, kebanyakan adalah pemakan cairan. Pengisap darah dapat
mencegah penggumpalan darah dengan zat hirudin yang dikeluarkan dari ludah.
3. Peranan
Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan :
a. Cacing tanah dapat menyuburkan tanah, karena membantu menghancurkan
tanah dan membantu aerasi tanah.
b. Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu
dijadikan sSebagai makanan
c. Lintah menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti
pembekuan darah.
berbagai sumber